Jumat, 26 Desember 2008

MENGKAMPANYEKAN HIGH POLITIC

Seperti biasa setiap akhir tahun di kampus UM selalu ada kegiatan pendidikan politik yang terwujud dalam bentuk pemilihan ketua-ketua Organisasi Mahasiswa (ormawa), setiap calon ramai-ramai berteriak menawarkan diri untuk bias menjadi ketua Organisasi Pemerintahan Mahasiswa (OPM), mulai dari bupati di tingkat jurusan, gubernur di tingkat fakultas, dan presiden mahasiswa di tingkat universitas.
Sebagaimana pemilihan umum pada umumnya, proses pemilihan ketua OPM UM juga disenggarakan dengan prosedur yang sama dengan pilkada atau pemilu presiden Indonesia, ada yang dinamakan KPU, panwaslu, juga tidak lupa tim sukses(walaupun belum tentu sukses).
Suasana pun mulai menghangat di hari-hari menjelang pemilihan, berbagai macam stategi pun dilakukan untuk meraup suara sebanyak-banyaknya mulai dari kampanye lisan, perang pamflet (adu narsis), sampai mengirim pesan singkat gelap.
Kegiatan politik dimanapun berada belum dapat terpisahkan dari imej miring yang selama ini berkembang, bahwa poitik identik dengan tipu-menipu, kelicikan, hipokrisi, ambisi buta, penghianatan, dan berbagai konotasi buruk lainnya. Wajah buruk politik seperti ini memang sulit untuk dihindari, selama para pelakunya masih terkungkung dalam romantisme politik.
Namun, kalau kita sedikit menengok ke gedung C1 dimana mahasiswa bimbingan dan konseling mengarungi lautan ilmu, akan ada sebuah persepsi berbeda yang sangat mencolok, kampanye pemilihan ketua HMJ BKP yang biasanya dihiasi suasana panas antar calon maupun pendukungnya seakan sirna begitu saja oleh sebuah pamphlet yang ditempelkan di madding gedung C1, pamphlet tersebut berisikan foto keempat calon ketua HMJ BKP yang berfoto bareng dengan pose saling merangkul, bercengkrama bersama di taman C1, hal ini tentu sangat kontras dengan apa yang biasa kita lihat dan dengar selama ini tentang politik yang selalu dibumbui aroma tak sedap.
Pamphlet tersebut telah memecah budaya yang selama ini berkembang, budaya siap menang tidak siap kalah yang diakui atau tidak seakan telah mendarah daging pada diri kebanyakan pelaku politik.
Paling tidak ada 3 pesan yang ingin disampaikan oleh keempat calon ketua HMJ BKP melalui pamphlet tersebut. Pertama, pada dasarnya jabatan politik hanyalah amanah dari pemilih yang harus dijaga dan jangan sampai disalahgunakan, misalnya untuk memperkaya diri sendiri atau menguntungkan golongannya saja dan menelantarkan kepentingan bersama.
Kedua, setiap jabatan politik pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Kesadaran akan tanggung jawab ini akan menetukan arah penggunaan jabatannya. Paling tidak saat akan mengambil keputusan seseorang akan mengingat bahwa apa yang dilaukan akan dipertangungjawabkan kelak.
Ketiga, kegiatan politik harus dikaitkan erat dengan prinsip-prinsip kebersamaan, saya kira sudah saatnya kita menghindari politik gaya konfrontatif yang penuh dengan konflik dan saling menjatuhkan, kemudian menggantinya dengan gaya politik brotherhood yang mengutamakan kebersamaan, mencoba saling pengertian dan membangun kerjasama seoptimal mungkin dalam menjalankan amanah.
3 pesan diatas itulah paling tidak yang disebut sebagai High Politic (politik kualitas tinggi) oleh Prof, DR, Amin rais. Semangat-semangat seperti inilah yang sudah semestinya kita kampanyekan untuk mewujudkan politik yang ramah lingkungan dan tidak menyebabkan polusi global.

Tidak ada komentar: