BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
konseling REBT
merupakan salah satu diantara pendekatan konseling yang dipakai dalam prktik
konseling individu dan kelompok. Konseling REBT dikembangkan oleh Albert Ellis
sejak tahun 1955. Albert Ellis lahir di Pittsburg, Pensylvania tahun 1913.
Sebagai seorang pakar psikologi klinis, ia memulai karirnya dibidang konseling
perkawinan, keluarga dan seks. Konseling REBT berawal dari ketidakpuasan Ellis
terhadap praktik konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khususnya
ancangan psikoanalitik klasik yang pernah ditekuninya. Berdasar pada
temuan-temuan eksperiman dan klinisnya, Ellis memperkenalkan pendekatan baru
yang lebih praktis yaitu konseling REBT. Ancangan ini menjadi populer
bertepatan dengan dipublikasikannya buku perdananya “Reason And Emotion In
Psychotheraphy” pada 1962.
Konseling REBT
tergolong pada ancanagn konseling yang berorientasi kognitif dan merupakan
salah satu bentuk aktif-direktif yang menyerupai proses pendidikan (education)
dan pengajaran (teaching) dengan mempertahankan dimansi pikiran dari pada
perasaan.
Oleh karena itu para
konselor dan calon konselor perlu menguasai keterampilan dan pengetahuan
menerapkannya dalam situasi konseling yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
pendekatan REBT. Konselor dan calon konselor hendaknya menguasai konsep-konsep
dasar, perkembangan tingkah laku manusia dan kondisi bagi timbulnya pengubahan
serta mampu menerapkannya dalam situasi praktek konseling.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Bagaimana landasan teoritik pendekatan REBT?
1.2.2 Bagaimana proses pembentukan kelompok dalam
kegiatan konseling REBT?
1.2.3 Bagaimana kondisi perubahan dalam konseling
REBT?
1.2.4 Bagaimana mekanisme pengubahan dalam
konseling REBT?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui landasan teoritik pendekatan REBT
1.3.2 Mengetahui proses pembentukan kelompok dalam
kegiatan konseling REBT
1.3.3 Mengetahui kondisi perubahan dalam konseling
REBT
1.3.4 Mengetahui mekanisme pengubahan dalam
konseling REBT.
BAB
2
PEMBAHASAN
A. Landasan
Teoritik
1. Latar
Belakang
Ellis
mengembangkan terapi rasional emotif karena menemukan bahwa pendekatan
psikoanalisis tidak cukup untuk dipakai menangani kliennya. Ellis berpendapat
bahwa pendekatan psikoanalitik sangat tidak efisien.
2. Pendiri
dan pengembang
Pendekatan
ini dikembangkan oleh Albert Ellis, sejak tahun 1955.
3. Orientasi
pendekatan
·
Menekankan pada proses
kognitif
·
Menekankan pada tujuan
insight
4. Hakekat
manusia, kepribadian, dan perkembangan
·
Manusia adalah mahluk
yang perpotensi
·
Manusia adalah mahluk
berfikir, merasa, dan berbuat
·
Manusia adalah mahluk
yang mudah kena pengaruh (cultural influencibility)
·
Sumebr perilaku manusia
ditentukan oleh nilai atau ide-ide (pandangan)
·
Manusia memiliki
verbalisasi diri dan gangguan
·
Manusia memiliki
kemampuan konfrontasi dan indoktrinasi
·
Manusia adalah mahluk
yang unik
5. Pribadi
sehat dan malasuai
Pribadi
sehat :
·
Kekuatan nalar atau
emosi, pribadi sehat dapat berfikir secara rasional mengatasi dorongan-dorongan
emosional atau perasaan sehingga pribadi itu dapat mengatasi masalah dan
mengatasinya secara ilmiah.
·
Emosi/perasaan yang
pantas (apropriate), pribadi sehat ditandai adanya kontrol emosi dan peredaan
tuntutan yang tidak layak, utopia, dan mustahil
·
Perilaku berencana,
pribadi sehat dapat bertindak menuju tujuan hidup secara berencana, bertambah
maju, dan bukan justru mengurusi pengalaman masa lalu.
Malasuai :
·
Adanya gangguan dalam
dirinya
·
Menyalahkan diri
·
Merusak
·
Emosinya terganggu
karena pikiran dan tindakan irrasional
B. Pembentukan
kelompok
1.
Konselor mengumpulkan
sekelompok siswa yang mempunyai masalah relative sama,
Membangun
hubungan dalam proses ini konselor harus menunjukkan bahwa ia dapat mendengar
semua masalah konseli dan tidak akan dapat terkejut dengan apa yang dikatakan
konseli. Konselor membantu mengatasi masalah konseli dengan cara klien sendiri
dengan memberi saran atau strategi tertentu. Konselor memberitahukan harapannya
terhadap kelompok dan harapan mereka masing-masing dan bagaimana konseling
membantu mereka. Konselor mendengarkan dan memberi perhatian masing-masing
konseli, menunjukkannya dan membantu kline menyadari bahwa mereka dapat berbagi
dengan konseli yang lain namun tetap terjaga kerahasiaan diantaranya.
2.
Memulai diskusi pribadi
Pada
tahap ini konselor menjelaskan proses yang akan dilalui, lalu konseli
mengungkapkan masalahnya. Konselor meyakinkan konseli untuk segera
menyelesaikan masalahnya.
Rasa
malu, kurang percaya diri dan ragu-ragu hanya akan menghambat proses ini. Pada
proses ini konseli dibantu untuk dapat lebih terbuka tentang masalahnya,
mendefinisikannya dan mempelajari tingkah laku baru yang diharapkan.
3.
Mendeteksi perasaan
konseli
Untuk
mendeteksi perasaan konseli, konselor harus mempunyai rasa empati yang tinggi.
Cara konselor mengetahui perasaan konselor dapat diperoleh dari usaha konseli
untuk mengekspresikan diri, caranya menunjukkan pandangannya, pola bicaranya,
caranya mengekspresikan emosi, ekspresi wajah, caranya tertawa dan menangis.
Setiap konseli mempunyai cara berbeda untuk mengekspresikan emosinya. Konsleor
juga harus menanyakan perasaan sebenarnya yang dihadapi konseli.
4.
Merefleksikan perasaan
konseli
Untuk
dapat menggunakan metode ini, konsleor harus memahami tingkah laku klien,
perasaan dan kekecewaannya serta dapat mengkomunikasikan pemahaman yang akurat
pada konseli.
Bila
konselor mendapati konseli merasa canggung, konselor harus tetap melanjutkan
metode ini. Konselor harus meyakinkan konseli tenatng alasannya menggunakan
metode ini.
Ada
2 cara untuk membantu merefleksikan perasaan, yaitu:
-
Berdasar prosedur yang
sudah ada
-
Berdasarkan cara klien
sendiri.
5.
Menghubungkan diskusi
perasaan dengan tujuan konseli
Untuk
mendefinisikan tujuan konsleing, konselor harus mendengarkan diskusi konseli
tentang ketakutan yang membebaninya dna memutuskan balikan yang sesuai untuk
konseli untuk mendefinisikan tujuan konseling.
6.
Mendefinikan tujuan
konseling
Tahap
ini dimulai dengan memberitahukan prospek dari konsleing kelompok. Konselor
meyakinkan konseli dengan menceritakan keberhasilan konseli yang lainnya.
Tujuan konseling dirumuskan konseli, sedangkan konselor hanya membentu konseli
didalam mengarahkan keputusna mereka.
7.
Membantu konseli
memantau perkembangan mereka
Konselor
memberi pemahaman tentang aspek-aspek yang akan dinilai. Sehingga konseli dapat
memantau perkembangan dengan menggunakan daftar itu.
8.
Membantu konseli
mendefinisikan tujuan khusus
Masing-masing
konseli mendefnisikan tujuannya masing-masing, akna tetapi konseli melakukannya
atas kesadaran mereka sendiri,tanpa tekanan untuk melai tingkah laku baru yang
dipilih.
9.
Membantu konseli
menjadi lebih baik
Dalam
proses ini tercipta Tanya jawab tentang proses konseling dan apa yang
diharapkannya dari proses konseling tersebut.
10.
Membantu konseli
memahami kemampuan interpersonal untuk perubahan tingkah laku yang baru. Pada
tahap ini konselor dapat menggunakan role playing sebagai media pelaksanaannya.
11.
Membantu konseli
mengkomunikasikan tujuannya pada orang lain. Pada proses ini konseli didukung
untuk dapat mengkomunikasikan pada orang lain yang dekat dengannya, misalnya:
pada orang tua
12.
Berbagi keberhasilan.
Pada proses ini konselin belajar mensyukuri keberhasilannya dan belajar dari
kesalahan-kesalahannya serta memperbaiki langkah yang akan diambil selanjutnya.
13.
Terminasi. Pada tahap
ini konseli menyimpulkan apa yang telah diperolehdari konseling kelompok ini.
14.
follow up
C. Kondisi
perubahan
Kondisi perubahan terdiri atas :
1. Tujuan
umum
·
Memperbaiki dan
mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakina dan pandangan-pandangan yang
irrasional dan ilogis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan
diri, meningkatkan aktualisasinya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif
dan afektif yang positif
·
Menghikangkan gangguan
emosional yang merusak diri sendiri, seperti : rasa benci, rasa takut, rasa
bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, wawas, dan marah sebagai konsekuensi
keyakinan yang keliru dengan jalan mengajar dan klien untuk menghadapi
kenyataan-kenyatan hidup secara rasional dan membangkitkan keperayaan, serta
nilai-nilai kemampuan diri sendiri.
2. Tujuan
khusus
·
Self –interest-social
interest
Yaitu memberikan kemungkinan kepada
klien untuk mereorganisasikan persepsinya yaitu terhadap dirinya sehingga
menumbuhkan diri sekaligus minat sosial individu
·
Self-direction
Yaitu mendorong klien untuk menarahkan
dirinya sendiri dalam arti bahwa klien harus menghadapi kenyataan hidup dengan
tanggung jawab sendiri
·
Tolerance
Yaitu mendorong dan membangkitkan rasa
toleransi klien terhadap orang lain.
·
Acceptance of
uncertainly
Yaitu memberikan pemahaman yang rasional
kepada klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara logis dan tidak
emosional.
·
Flexible
Yaitu mendorong klien agar luwes dalam
bertindak secara intelektual, terbuka terhadap suatu masalah sehingga dapat
diperoleh cara-cara pemecahannya yang mendatangkan kepuasan kepada klien
sendiri.
·
Commitment
Yaitu membangkitkan sikap objektivitas
dan komitmen klien untuk menjaga keseimbangan dalam lingkungannya.
·
Scientific thinking
Yaitu berfikir rasional dan objektif,
bukan hanya terhadap orang lain melainkan juga terhadap dirinya.
·
Risk thinking
Yaitu mendorong dan membangkitkan sikap
keberanian dalam diri sendiri (klien) untuk mengubah nasibnya melalui kehidupan
nyata. Keberanian ini penting untuk menanamkan kepercayaan dalam diri konseli
untuk menghadapai masa depan.
·
Self-acceptance
Penerimaan diri terhadap kemampuan dan
keyakinan diri sendiri dengan rasa gembira dan senang.
D. Mekanisme
perubahan
Dimensi
|
Tahap
Pengenalan
|
Tahap
Pelaksanaan
|
Tahap
Akhir
|
Pengembangan Tugas dan Tujuan
|
Tugas
kuncinya adalah untuk mengajarkan teori A-B-C tentang bagaimana mereka
menciptakan dan mengatasi beban mereka. Bagaimana mereka mengetahui
kepercayaan irrasional mereka dan bagaimana mereka melawan kepercayaan mereka
yang salah. Anggota kelompok perlu mempelajari bahwa situasi mereka tidak
menyebabkan gangguan emosi, nemun kepercayaan mereka tentang situasi tersebut
yang menyebabkan masalah timbul. Jadi, mengubah kepercayaan adalah cara untuk
mengatasi masalah.
|
Kelompok
berfokus pada mengenali dan melawan. Anggota sangat diharuskan untuk belajar
bahwa jika kehidupan tidak sesuai dengan keinginannya, bukanlah suatu bencana
besar dalam hidupnya. Berdasarkan asumsi penolakan diri, anggota menyatukan
kepercayaan berdasarkan realitas, juga belajar bermacam cara untuk meneruskan
tantangan musturbatory philosophy.
|
Tujuan
akhirnya adalah agar anggota kelompok dapat menginternalisasikan kepercayaan
irrasional menjadi kepercayaan atau pandangan rasional. Fase ini adalah salah
satu reinforcement dari proses
belajar untuk mengganti pola lama yang menitikberatkan pada pembelajaran
seseorang mengenai self management.
Hai ini penting untuk para anggota dengan cara berkomitmen pada dirinya
sendiri untuk melanjutkan usaha dan mempraktekkan tingkah laku baru di
kehidupan nyata.
|
Aturan dan
Tugas Pemimpin Kelompok
|
Pemimpin
kelompok menunjukkan kepada anggotanya bagaimana mereka menyebabkan
penderitaannya sendiri dengan mengajarkan kepada mereka hubungan antara emosi
dan gangguan tingkah laku serta kepercayaan mereka. Pemimpin kelompok
mengajarkan bagaimana cara mengurangi kepercayaan irasional dan cara
merubahnya menjadi kepercayaan rasional.
|
Pemimpin
kelompok mengkonfrontasi kelompok dengan propaganda yang harus diterima
anggota kelompok tanpa pertanyaan dan mereka harus melanjutkannya dengan cara
mendoktrin dirinya sendiri. Pemimpin berusaha untuk memodifikasi pola pikir
anggotanya dengan menantang mereka berdasarkan asumsi dasar tentang realita.
|
Terapis
melanjutkan dengan berperan sebagai guru dengan menunjukkan kepada anggotanya
metode untuk mengontrol diri, memberi mereka tugas rumah yang dapat
mengembangkan keaktifan praktek di dunia nyata dan memperbaiki pola-pola yang
salah. Pemipin terus memberika semangat kepada anggota untuk terus
menggunakan metode self help untuk
meneruskan perubahan dirinya.
|
Aturan
Anggota Kelompok
|
Anggota
kelompok harus disiplin dan bekerja keras pada semua sesi, baik diluar maupun
didalan kelompok untuk proses belajar dengan cara praktek dan melakukan
langsung, anggota kelompok harus menyadari bahwa merekalah yang menyebabkan
gangguan dalam diri mereka dan mereka pula yang harus mengatsinya.
|
Anggota
belajar untuk menganalisa, mengungkapkan dan berdebat dengan menggunakan
metode ilmiah untuk mengajukan pertanyaan mereka tentang sistem kepercayaan.
Anggota bertanya pada dirinya ”Apa bukti yang memperkuat pandangan saya?” dan
mempelajari kepercayaan rasional yang baru. Mereka belajar bagaimana untuk mebicarakan disfungsional, self defeating, dan self talk. Anggota membawa
aktifitas yang berdasarkan tugas rumah sebagai suatu cara untuk menantang
kepercayaannya.
|
Anggota
kelompok mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dan kemudian membuat
rencana-rencana agar mereka dapat mempraktekkan cara mengatasi self defeating dan emoting di luar kelompok. Mereka
melanjutkan dengan memberikan dirinya sendiri tugas kognitif, emotive dan
behavioral setiap hari. Mereka memperoleh filosofi hidup yang lebih rasional
dan lebih efektif yang mengantarkan mereka menghadapi tantangan dengan penuh
percaya diri.
|
Teknik
|
Metode
pendidikan: menggunakan tape, buku dan literatur; sugesti; pemberian
informasi; interpretasi; balikan dan dukungan kelompok; konfrontasi direktif;
filosofi didaktif dan tindakan berdasarkan metode. Konselor melibatkan
sejumlah besar teknik kognitif, emotif dan behavioral untuk disesuaikan
dengan kebutuhan klien.
|
Kecepatan dan
kekuatan teknik yang menitik bertakan pada faktor-faktor kognitif yang yang
digunakan, termasuk persuasi tugas rumah, desentisisasi, role playing, modeling dan imitation, behaviour rehearsal,
pengontrolan pikiran dan emosi, balikan dan dukungan kelompok, kognitif restrukturing dan latihan asertif.
|
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pendekatan
konseling rational emotif behaviour terapi adalah pendekatan yang menekankan
pada proses kognitif dan juga menekankan pada tujuan insight.
2.
Pembentukan kelompok
pada pendekatan konseling REBT yaitu, Konselor mengumpulkan sekelompok siswa
yang mempunyai masalah relative sama kemudian menciptakan terjadinya raport,
memulai diskusi pribadi, mendeteksi perasaan konseli, merefleksikan perasaan
konseli, menghubungkan diskusi perasaan dengan tujuan konseli, mendefinikan
tujuan konseling, membantu konseli memantau perkembangan mereka, membantu
konseli mendefinisikan tujuan khusus, membantu konseli menjadi lebih baik,
membantu konseli memahami kemampuan interpersonal untuk perubahan tingkah,
membantu konseli mengkomunikasikan tujuannya pada orang lain, berbagi keberhasilan, terminasi, dan follow up.
DAFTAR
PUSTAKA
Fauzan,lutfi.’Pendekatan-Pendekatan
Konseling Individual’.Elang Mas Malang,
115-116.
Gibson.1981.
Introduction to Guidance.macmilan Publishing Co Inc. New York
Corey,
gerald.2004. Theory & Practice Of Group Counseling.Thomson Learning
Academic Resource Center.
Ramli.
1999.Pendekatan berpusat pada pribadi. Universitas negeri malang.
Sidney B. Simon & Leland W.
Howey.2007. http://www.sntp.net/education/values_clar.htm,
diakses tanggal 20 September 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar